Arsitektur Monolitik adalah pola desain perangkat lunak yang dicirikan oleh struktur tunggal, terpadu, dan tidak dapat dibagi di mana semua komponen sistem, termasuk antarmuka pengguna, logika bisnis, dan lapisan akses data, terintegrasi erat dan tersusun dalam satu artefak yang dapat dieksekusi atau diterapkan. . Ini adalah salah satu arsitektur tradisional yang telah banyak digunakan dalam industri perangkat lunak untuk membangun aplikasi web, seluler, dan backend selama beberapa dekade terakhir. Meskipun ada kemajuan dan inovasi dalam arsitektur perangkat lunak, struktur monolitik tetap menjadi pilihan populer karena kesederhanaannya, kemudahan pengembangan, dan waktu startup awal yang lebih cepat.
Karakteristik utama dari Arsitektur Monolitik meliputi:
- Komponen yang Terpasang Secara Ketat: Dalam desain monolitik, semua komponen sangat saling bergantung, sehingga sulit untuk memodifikasi, menskalakan, atau mengganti komponen individual tanpa mempengaruhi keseluruhan sistem.
- Basis Kode Tunggal: Semua kode aplikasi terkandung dalam satu basis kode, yang dapat mempermudah pengelolaan, pemahaman, dan pengembangan, terutama untuk proyek kecil. Ini juga memudahkan pengembang untuk menemukan dan memperbaiki bug di dalam kode.
- Artefak Tunggal yang Dapat Disebarkan: Seluruh aplikasi dibangun, dikemas, dan diterapkan sebagai satu unit, menyederhanakan penerapan, pengelolaan, dan penskalaan aplikasi.
- Manajemen Terpusat: Dalam arsitektur monolitik, semua komponen sistem dikelola secara terpusat, yang dapat memfasilitasi pengembangan, pengujian, dan pemantauan keseluruhan aplikasi secara efisien.
Ada beberapa keuntungan menggunakan Arsitektur Monolitik:
- Kesederhanaan Pengembangan: Pendekatan monolitik mudah dipahami dan dikembangkan, terutama untuk proyek kecil dan pengembang yang kurang berpengalaman. Biasanya terdapat lebih sedikit bagian yang bergerak dan kurva pembelajaran yang lebih kecil dibandingkan dengan arsitektur lain, seperti layanan mikro.
- Kinerja yang Dioptimalkan: Karena seluruh aplikasi berada dalam satu unit, biasanya terdapat overhead yang lebih sedikit, waktu respons yang lebih singkat, dan kinerja yang lebih cepat dibandingkan dengan arsitektur lain.
- Kemudahan Penerapan: Penerapan aplikasi monolitik biasanya lebih sederhana, karena hanya ada satu artefak untuk dikelola, dikemas, dan diterapkan.
Namun, ada juga kelemahan pada arsitektur ini:
- Keterbatasan Skalabilitas: Karena sifat komponen yang sangat erat, penskalaan menjadi lebih kompleks dan dapat dibatasi. Penskalaan aplikasi monolitik sering kali memerlukan penskalaan seluruh aplikasi, bukan hanya komponen atau layanan tertentu, yang dapat memakan banyak sumber daya dan mahal.
- Peningkatan Kompleksitas dalam Aplikasi Besar: Seiring bertambahnya ukuran aplikasi, pengelolaan basis kode, waktu pembangunan, dan penerapan dapat menjadi semakin kompleks, sehingga menyebabkan siklus pengembangan yang lebih panjang dan potensi inefisiensi.
- Fleksibilitas yang Lebih Sedikit: Aplikasi monolitik bisa menjadi kurang tangkas dan fleksibel, karena perubahan pada satu komponen mungkin memerlukan pembuatan, pengujian, dan penerapan seluruh aplikasi. Hal ini dapat mempersulit tim untuk mengadopsi teknologi baru atau beradaptasi dengan perubahan persyaratan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran ke arah pola arsitektur perangkat lunak alternatif seperti layanan mikro dan tanpa server, yang menawarkan lebih banyak fleksibilitas, skalabilitas, dan kemudahan pengembangan. Namun, arsitektur monolitik tetap relevan, terutama dalam proyek dan organisasi kecil di mana kesederhanaan, kinerja, dan waktu pemasaran yang lebih cepat mungkin dianggap lebih penting daripada skalabilitas dan fleksibilitas. Dalam beberapa kasus, pengembang mungkin menggunakan pendekatan hibrid, menggabungkan aspek arsitektur monolitik dan layanan mikro untuk mencapai keseimbangan optimal antara kesederhanaan, kinerja, dan fleksibilitas.
Di AppMaster, platform no-code kami yang kuat mendukung pengembangan aplikasi menggunakan arsitektur perangkat lunak modern dan praktik terbaik. Kami memungkinkan pelanggan membuat model data, logika bisnis, REST API, dan endpoints WSS secara visual untuk aplikasi backend, serta elemen UI drag-and-drop untuk aplikasi web dan seluler. Platform kami secara otomatis menghasilkan kode sumber, menjalankan pengujian, mengemas aplikasi ke dalam wadah Docker, dan menerapkannya ke cloud.
Pendekatan AppMaster terhadap pengembangan aplikasi menggabungkan keunggulan arsitektur perangkat lunak modern dan prinsip monolitik, memungkinkan pengembang dengan cepat membangun aplikasi yang dapat diskalakan sambil mempertahankan manfaat dari basis kode tunggal yang terpadu. Proses pengembangan aplikasi regeneratif kami menghilangkan utang teknis dengan menghasilkan aplikasi dari awal dengan setiap perubahan dalam cetak biru aplikasi. Hasilnya adalah pengembangan aplikasi yang lebih cepat, efisien, dan hemat biaya tanpa mengorbankan skalabilitas dan fleksibilitas.