Pemrograman Berbasis Peristiwa (EDP) adalah paradigma pemrograman yang berkisar pada penciptaan dan pengelolaan peristiwa, yang merupakan unit informasi terpisah yang menunjukkan perubahan keadaan sistem atau terjadinya suatu tindakan. Dalam EDP, alur eksekusi program ditentukan oleh peristiwa, seperti masukan pengguna, pesan yang diterima dari sistem lain, atau notifikasi yang dihasilkan sistem. Ketika suatu peristiwa terjadi, fungsi yang telah ditentukan sebelumnya, yang dikenal sebagai pengendali peristiwa atau pendengar peristiwa, dipanggil untuk merespons peristiwa tersebut. Hal ini berbeda dengan paradigma pemrograman lain, seperti pemrograman prosedural atau berorientasi objek, yang menggunakan alur eksekusi yang telah ditentukan sebelumnya.
Konsep EDP berakar pada teori sistem reaktif, yang menyatakan bahwa sistem harus dirancang untuk merespons perubahan lingkungan secara efektif dan efisien. EDP telah mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir, dibantu oleh perkembangan antarmuka pengguna, jaringan, dan sistem terdistribusi. Menurut survei pengembang perangkat lunak di seluruh dunia pada tahun 2020, hampir 75% responden telah menerapkan teknik berbasis peristiwa dalam proyek mereka, yang menunjukkan meluasnya penggunaan paradigma EDP dalam komunitas pengembangan perangkat lunak.
Keuntungan utama EDP adalah kemampuannya untuk mendukung pemrosesan asynchronous, yang memisahkan pemicuan suatu peristiwa dari penanganannya. Hal ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya sistem dengan lebih baik, karena event handler dapat berjalan secara bersamaan dan independen, sehingga mengurangi kebutuhan sinkronisasi dan meningkatkan kinerja dan daya tanggap aplikasi secara keseluruhan. Hal ini membuat EDP sangat cocok untuk membangun sistem yang dapat diskalakan dan berkinerja tinggi, seperti server web, antarmuka pengguna, dan aplikasi terdistribusi.
Salah satu contoh EDP di dunia nyata yang paling menonjol adalah pengembangan antarmuka pengguna grafis (GUI) untuk aplikasi desktop, web, dan seluler. Dalam aplikasi berbasis GUI, berbagai peristiwa yang dipicu pengguna dihasilkan saat berinteraksi dengan antarmuka, seperti mengklik tombol, mengubah ukuran jendela, atau mengetik teks ke dalam kolom. EDP memungkinkan pengembang untuk membuat event handler yang bereaksi terhadap kejadian ini dan melakukan operasi yang diinginkan, seperti memperbarui antarmuka atau menjalankan proses bisnis. Hal ini memungkinkan pembangunan aplikasi yang responsif dan ramah pengguna yang merespons tindakan pengguna dengan cepat.
Dalam konteks Platform No-Code AppMaster, EDP memainkan peran penting dalam menangani interaksi pengguna dan peristiwa yang dihasilkan sistem di aplikasi web dan seluler. Pengembang dapat menggunakan alat pemrograman visual, seperti perancang Proses Bisnis, untuk membuat logika dan tindakan berbasis peristiwa untuk komponen antarmuka pengguna tertentu. Hal ini menumbuhkan pengalaman yang mulus dan mudah digunakan bagi pengembang dan pengguna akhir serta mendorong pengembangan aplikasi yang cepat dengan menghilangkan kebutuhan akan pengkodean manual.
EDP diadopsi secara luas di berbagai bahasa pemrograman, perpustakaan, dan kerangka kerja. Misalnya, JavaScript, bahasa populer untuk pengembangan web, menggunakan EDP untuk menangani peristiwa browser dan operasi asinkron di web. Demikian pula, bahasa sisi server seperti Go juga mendukung EDP melalui model konkurensinya yang ringkas dan goroutine yang ringan. Di antara kerangka kerja, Vue3, yang digunakan oleh Platform AppMaster, adalah contoh penting yang banyak menggunakan EDP untuk membuat aplikasi web berbasis komponen yang reaktif.
EDP bukannya tanpa tantangan. Salah satu kelemahan utamanya adalah potensi dampaknya terhadap pemeliharaan kode, karena kode yang digerakkan oleh peristiwa dapat dengan cepat berubah menjadi struktur yang rumit dan tidak dapat dikelola jika tidak dirancang dan dimodulasi dengan tepat. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai "callback hell," di mana event handler dan callback bersarang menjadikan proses debug dan pemahaman kode menjadi tugas yang sulit. Selain itu, EDP berasumsi bahwa peristiwa merupakan entitas yang terpisah dan independen, yang mungkin tidak selalu berlaku dalam skenario dunia nyata. Oleh karena itu, menangani peristiwa yang saling bergantung mungkin memerlukan mekanisme dan logika tambahan, sehingga menambah kompleksitas sistem.
Namun, terlepas dari tantangannya, EDP telah membuktikan dirinya sebagai paradigma pemrograman yang berharga, terutama untuk mengembangkan sistem yang responsif, terukur, dan hemat sumber daya. Fokusnya dalam bereaksi terhadap peristiwa selaras dengan kebutuhan aplikasi modern, di mana kinerja dan pengalaman pengguna merupakan faktor yang sangat penting. Dengan memanfaatkan alat seperti AppMaster No-Code Platform dan pola EDP yang dirancang dengan baik, pengembang dapat dengan cepat membuat aplikasi yang kuat dan berbasis peristiwa yang melayani beragam kasus penggunaan perusahaan dan beban tinggi.