Latensi Layanan Mikro mengacu pada penundaan waktu yang terjadi ketika permintaan dibuat ke sistem berbasis layanan mikro dan respons diberikan oleh sistem. Penundaan ini sangat penting dalam konteks arsitektur layanan mikro karena berdampak langsung pada keseluruhan kinerja, efisiensi, dan pengalaman pengguna aplikasi yang dikembangkan menggunakan gaya arsitektur ini. Mengingat meningkatnya adopsi dan popularitas layanan mikro, terutama pada platform seperti AppMaster yang menyediakan alat no-code yang canggih untuk membuat aplikasi backend, web, dan seluler, memahami dan mengelola latensi dalam sistem tersebut sangatlah penting untuk memastikan kelancaran komunikasi dan integrasi yang efektif antar pengguna. berbagai layanan yang digabungkan secara longgar dalam aplikasi berbasis layanan mikro.
Salah satu faktor pendorong di balik kebangkitan arsitektur layanan mikro adalah kemampuannya untuk menyederhanakan pengembangan aplikasi, memungkinkan pengembang untuk memecah sistem yang kompleks menjadi unit yang lebih kecil dan dapat dikelola. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat fokus pada pembuatan, pengujian, dan penerapan masing-masing komponen aplikasi secara keseluruhan secara mandiri, sehingga memastikan kecepatan dan ketahanan dalam proses pengembangan. Namun, sifat layanan mikro yang terdistribusi ini secara inheren menimbulkan latensi ke dalam sistem. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah panggilan jaringan, serialisasi dan deserialisasi data, serta overhead komunikasi antar layanan yang ada dalam arsitektur tersebut, dibandingkan dengan aplikasi monolitik tradisional.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap keseluruhan latensi yang dialami dalam aplikasi berbasis layanan mikro. Ini termasuk:
- Latensi Jaringan: Salah satu kontributor latensi yang paling nyata di lingkungan layanan mikro adalah penundaan jaringan. Karena layanan mikro biasanya diterapkan di berbagai node dalam sistem terdistribusi, permintaan dan respons harus dilakukan melalui jaringan, sehingga menambah latensi jaringan pada waktu respons keseluruhan. Kinerja infrastruktur jaringan yang mendasarinya, protokol jaringan, dan jarak geografis dapat berdampak signifikan pada komponen latensi ini.
- Serialisasi & Deserialisasi: Layanan mikro secara ekstensif menggunakan serialisasi dan deserialisasi data untuk memungkinkan komunikasi antar layanan. Proses ini mengubah struktur data menjadi format yang sesuai untuk transmisi antar komponen layanan yang berbeda. Pilihan format serialisasi data, seperti JSON, XML, atau format biner seperti Protocol Buffers, dapat memengaruhi efisiensi proses ini dan akibatnya, latensi sistem secara keseluruhan.
- Ketergantungan Layanan: Dalam sistem berbasis layanan mikro, layanan individual sering kali bergantung pada layanan lain untuk memenuhi satu permintaan. Jika terdapat beberapa dependensi layanan, hal ini dapat menyebabkan penundaan tambahan karena setiap layanan menunggu layanan dependennya menyelesaikan tugasnya sebelum melanjutkan.
- Penyeimbangan Beban & Perutean Layanan: Untuk memastikan distribusi beban kerja yang efisien dan menjaga ketersediaan tinggi, layanan mikro biasanya menggunakan teknik penyeimbangan beban dan perutean layanan. Hal ini melibatkan mekanisme untuk menemukan, memantau, dan mengelola layanan, sehingga menimbulkan tingkat overhead dan latensi pada sistem.
Dalam konteks AppMaster, karena pendekatan no-code yang komprehensif dan pembuatan kode yang efisien dan dioptimalkan untuk berbagai aplikasi (backend, web, dan seluler), latensi yang dialami dalam aplikasi yang dihasilkan dapat diminimalkan secara signifikan. Selain itu, AppMaster memberikan kemampuan untuk beradaptasi dan merespons perubahan persyaratan tanpa utang teknis apa pun, sehingga memastikan aplikasi layanan mikro berkinerja tinggi.
Namun, penting untuk dipahami bahwa mencapai layanan mikro dengan latensi rendah memerlukan upaya proaktif dan berkelanjutan dari pengembang dan arsitek. Mereka perlu mengadopsi praktik terbaik dan mengoptimalkan berbagai aspek sistem, termasuk konfigurasi jaringan, optimalisasi server, strategi caching, dan format serialisasi data yang efisien, untuk meminimalkan dampak latensi terhadap kinerja aplikasi. Beberapa teknik untuk mengoptimalkan latensi dalam layanan mikro meliputi:
- Berinvestasi pada infrastruktur jaringan berkinerja tinggi, seperti protokol jaringan latensi rendah dan lokasi pusat data yang dekat dengan sebagian besar pengguna.
- Mengoptimalkan protokol komunikasi antar layanan, misalnya dengan menggunakan gRPC yang menggunakan HTTP/2 untuk transport dan Protocol Buffer untuk serialisasi data, menawarkan performa lebih tinggi dibandingkan RESTful API yang menggunakan JSON.
- Menerapkan pola orkestrasi layanan yang meminimalkan jumlah ketergantungan dan memparalelkan panggilan bila memungkinkan.
- Memanfaatkan mekanisme caching untuk data yang sering diakses untuk mengurangi kebutuhan panggilan layanan dan meningkatkan waktu respons.
- Memantau dan menyetel berbagai komponen aplikasi dan middleware secara berkala, seperti mesin database, server web, dan sistem pesan, untuk memastikan kinerja optimal.
Kesimpulannya, meskipun mengadopsi arsitektur layanan mikro membawa banyak manfaat dalam hal skalabilitas, fleksibilitas, dan pemeliharaan, hal ini juga menimbulkan latensi yang dapat memengaruhi kinerja dan pengalaman pengguna aplikasi. Oleh karena itu, memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap latensi layanan mikro dan menerapkan teknik untuk mengoptimalkan dan meminimalkan latensi ini harus menjadi fokus utama selama fase pengembangan, pengujian, dan penerapan aplikasi berbasis layanan mikro, terutama ketika menggunakan platform no-code yang kuat dan fleksibel seperti AppMaster.