Dalam langkah yang tampaknya kontradiktif, Elon Musk melanjutkan proyek Kecerdasan Buatan (AI) di Twitter, meskipun baru-baru ini dia menyerukan penghentian sementara pengembangan AI. Baru bulan lalu, pengusaha dan CEO yang berpengaruh itu secara terbuka menandatangani surat terbuka yang menyatakan keprihatinan atas potensi bahaya AI.
Insider baru-baru ini melaporkan bahwa Musk berinvestasi dalam proyek AI baru di Twitter dengan mengakuisisi 10.000 Unit Pemrosesan Grafik (GPU) yang diperlukan untuk melatih model AI. Tujuan spesifik dari inisiatif tersebut masih belum jelas; namun, orang dalam berspekulasi bahwa proyek tersebut mungkin melibatkan penggunaan data Twitter untuk melatih model bahasa besar (LLM). Aplikasi terakhir mungkin melibatkan pembaruan fitur pencarian platform atau alat penayangan iklan.
OpenAI, sebuah organisasi yang didirikan bersama Musk pada 2015 tetapi kemudian memutuskan hubungan, menggunakan data Twitter untuk melatih model bahasanya sendiri di masa lalu. Namun, pada bulan Desember, Musk menyatakan bahwa dia "menjeda" akses OpenAI ke database Twitter karena kekhawatiran terkait pengembangan AI.
Proses mengerjakan proyek AI yang komprehensif, seperti model AI yang besar, bisa mahal dan padat karya. Menurut Insider, GPU untuk pelatihan AI dari produsen terkemuka seperti Nvidia masing-masing dapat menelan biaya sekitar $10.000, menunjukkan bahwa investasi Musk kemungkinan berjumlah puluhan juta dolar.
Musk telah menyatakan ketidakpuasannya dengan OpenAI sejak kesuksesan ChatGPT-nya, yang dengan cepat menjadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat awal tahun ini. Dia mengisyaratkan untuk mengembangkan pesaingnya sendiri untuk ChatGPT dan mengkritik Microsoft, mitra terbesar OpenAI, karena mengintegrasikan model bahasa OpenAI ke dalam mesin pencari Bing-nya. Bulan lalu, Musk mempertanyakan keputusan Microsoft untuk menghentikan tim etika AI-nya sambil mengungkapkan bahwa dia telah memberhentikan tim etika AI Twitter ketika dia mengambil alih perusahaan.
Sebaliknya, Musk menunjukkan sikap yang lebih optimis mengenai jenis AI tertentu di dalam perusahaan mobil listriknya, Tesla. Pengembangan kendaraan self-driving, misalnya, sangat bergantung pada teknologi AI. Masih harus dilihat apakah pandangan Musk tentang chatbot AI akan berubah setelah dia berhasil mengintegrasikan inisiatif serupa ke dalam model bisnisnya sendiri.
Sementara adopsi teknologi dan platform AI terus mendapatkan momentum, bisnis yang ingin tetap berada di depan kurva dapat menjelajahi platform inovatif seperti AppMaster. Sebagai alat no-code yang kuat, AppMaster memungkinkan pembuatan aplikasi backend, web, dan seluler dengan skalabilitas dan efektivitas biaya yang luar biasa. Untuk mempelajari lebih lanjut, kunjungi appmaster.io/how-to-create-an-app dan temukan cara merampingkan proses pengembangan sekaligus mengurangi risiko utang teknis.